Makalah Abu Bakar Ash-Shiddiq - LKP Berkat Ilmu

Senin, 24 Juli 2023

Makalah Abu Bakar Ash-Shiddiq

 BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah. Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang pertama yang menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.

Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti.

Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah.

Setelah pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat islam mendapat pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan kehidupan. Di masa pemerintahan beliau terdapat beberapa peristiwa penting seperti munculnya nabi palsu, penolakan untuk mengeluarkan zakat dan sebagainya. Gejolak dan pembangkangan yang ada dapat ditangani beliau dengan baik. Bahkan kekuasaan Islam tetap tumbuh pada masa pemerintahan beliau walaupun banyak hambatan dan rintangan meliputi era kekhalifahan beliau.

 B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah kisah perjalanan hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq dan bagaimanakah kondisi pemerintahan dibawah kendali Abu Bakar Ash-Shiddiq?”

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Riwayat Abu Bakar Ash-Shiddiq

            Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah nama yang disandangkan (julukan) terhadap beliau, sedangkan nama asli beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin ustman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Quraishi. Berarti silsilah keturunannya dengan Nabi Muhammad Saw bertemu pada Murrah bin Ka’ab. Abu Bakar dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh pada tahun 573 M, dan suku yang juga banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama Ustman (Abu Kuhafah) bin Amir, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab.

Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Kelahiran Nabi Muhammad Saw. Abdullah kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar ( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.

Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah peristiwa tersebut. Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraish, menemani Rasulullah Hijrah, membantu kaum yang lemah dan memperdekakannya, seperti yang dilakukannya terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan dan lain-lainnya.

            Abu Bakar adalah sahabat Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia hendak menemui Rasulullah saw, ketika ketemu dengan Rasulullah saw , dia berkata ”Wahai Abul Qosim (panggilan Nabi),ada apa denganmu ,sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi..? Rosulullah saw bersabda “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah swt dan aku mengajak kamu kepada Allah swt, setelah selesai Rasulullah saw berbicara, Abu Bakar pun langsung masuk Islam. Melihat keislamannya itu beliau gembira sekali, tidak ada seorangpun yang ada di antara kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan beliau. Kemudian Abu Bakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari berikutnya Abu bakar menemui Utsman bin Mazhum, Abu Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka untuk masuk Islam,dan mereka semua juga masuk Islam.

Sedangkan Istrinya Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman ibn Abi Bakar menerima Islam. Sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah. Masuknya Abu Bakar berpegaruh besar dalam Islam. Teman - teman dekatnya diajak untuk masuk Islam. Mereka yang masuk Islam karena diajak oleh Abu Bakar adalah :

a.       Utsman bin Affan (yang akan menjadi Khalifah ketiga)

b.      Al-Zubayr

c.       Talhah

d.      Abdur Rahman bin Awf

e.       Sa`d ibn Abi Waqqas

f.       Umar ibn Masoan

g.      Abu Ubaidah ibn al-Jarrah

h.      Abdullah bin Abdul Asad

i.        Abu Salma

j.        Khalid bin Sa`id

k.      Abu Hudhaifah bin al-Mughirah

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.

 

B.     Abu Bakar Menjadi  Khalifah

            Rasulullah, Sebagai utusan Allah mengemban dua jabatan , yakni sebagai Rasulullah dan sebagai kepala Negara. Jabatan Beliau yang pertama selesai bersamaan dengan wafatnya. Namun jabatan kedua perlu ada penggantinya,  Belum lagi Rasulullah dikebumikan , disebuah tempat yang bernama “ Saqifah bani Sa’idah telah terjadi perselisihan pendapat antara golongan Anshor dan golongan muhajirin ,tentang pengganti rasul dalam pemerintahan. Ketika Rasulullah wafat, beliau tidak berpesan mengenai siapa yang jadi penggantinya kelak, pada saat Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Rasulullah. Itulah perselisishan pertama yang terjadi pasca rasulullah wafat. Perselisihan tersebut berlanjut ke saqifah (suatu tempat dimadinah yang biasa digunakan oleh kaum Anshar untuk membahas suatu masalah).

            Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Rasulullah tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafat rasulullah untuk menjadi Imam. Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mendat tersebut. Adakah suatu pertanda Rasulullah menunjuk Abu Bakar atau tidak. Berita perdebatan dua golongan ini kemudian terdengar oleh sahabat-sahabat terkemuka seperti Abu Bakar, Umar Ibn Khattab dan Utsman Ibn Affan yang sedang berada di rumah Rasulullah, sedang sahabat Ali sedang sibuk mengurus jenazah Rasulullah.

            Mendegar berita ini akhirnya sahabat Abu bakar dan Umar ibn Khattab sangat terkejut, kemudian keduanya cepat-cepat mendatangi dimana kedua golongan tersebut yang sedang berdebat, untuk itu mereka mendatangi Saqifah Bani Sa’idah. Dalam pertemuan tersebut, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubaidah, sebagai pengganti Rasulullah. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab atas pandangan tersebut. Ketika perdebatan diantara mereka, Abu bakar berpidato dihadapan mereka dengan mengemukakan kelebihan-kelebihan Anshar dan Golongan Muhajirin, Abu Bakar Mengusulkan agar hadirin memilih salah satu dari sahabat yaitu Umar Ibn Khattab dan Abu Ubaidah, namun keduanya menolak, dan keduanya berkata, “Demi Allah kami tidak akan menerima pekerjaan besar ini selama engkau masih ada , hai Abu bakar...! Engkaulah Orang Muhajirin yang paling mulia, Engkaulah satu-satunya orang yang menyertai Rasulullah di Gua ketika dikejar-kejar oleh orang-orang Quraisy engkaulah satu-satu nya orang yang pernah Rasulullah untuk menjadi Imam Shalat waktu Rasulullah Sakit…Untuk itu tengadahkanlah tanganmu wahai Abu Bakar, kami hendak membaiatmu.

            Pada awalnya Abu bakar sendiri merasa keberatan, kemudian Umar ibn Khattab memegang tangan Abu bakar sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat Abu Ubaidillah, setelah kedua sahabat selesai maka diikuti oleh seluruh sahabat yang ada di Saqifah bani Sa’idah itu baik kaum Muhajirin maupun Anshor. Kemudian Abu Bakar berpidato; “Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka luruskanlah! orang yang kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil hak darinya, sedang orang yang kau pandang lemah aku pandang kuat, sehingga aku dapat mengambalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat kepada Allah dan RasulNya, tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian”.[6]  Pidato yang diucapkan setelah pengangkatannya menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi menilai keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Nabi.

            Dari paparan di atas, terlihat jelas bahwa Abu Bakar dipilih secara aklimasi, walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalha, dan Zubair yang menolak dengan hormat. Pembahasan-pembahasan tentang khalifah ini akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran Islam. Dengan terpilihnya Abu bakar serta pembai’atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama di dunia Islam.


 

C.    Pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

1.      Kebijaksanaan pengurusan terhadap Agama

a.       Memerangi Nabi palsu

b.      Orang-orang yang murtad (Riddah) dan

c.       Orang tidak mengeluarkan zakat

d.      Pengumpulan Al-Qur’an

e.       Ilmu Pengetahuan

2.      Kebijaksanaan Kenegaraan

a.       Bidang eksekutif

b.      Pertahanan dan Keamanan

c.       Yudikatif

d.      Sosial Ekonomi

           

D.    Penyebaran dan Kekuasaan islam pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

            Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri. Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi mempertahankan Islam.

Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram tahun 12 H (6333 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia, segera duserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.

Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut :

a.       Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia

b.      Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.

c.       Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.

d.      Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.

            Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru tuntas pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.

 

E.     Peradaban Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

            Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kainya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.

Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :

a.       Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara, dan kepada rakyat yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.

b.      Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.

F.     Wasiat Abu Bakar terhadap Umar bin Khathab

            Setelah mengetahui kesepakatan semua orang atas penunjukan Umar sebagai pengganti, Abu Bakar memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan surat tersebut, adapun wasiat tersebut berbunyi :

            “Bismillahirrahmanirrahim. Berikut ini adalah wasiat Abu Bakar, Khalifah Rasulullah, pada akhir kehidupannya di dunia dan awal kehidupannya di akhirat, di mana orang kafir akan beriman dan orang fajir akan yakin. Sesungguhnya. aku telah mengangkat Umar ibnul Khaththab untuk memimpin kalian. Jika dia bersabar dan berlaku adil. itulah yang kuketahui tentang dia dan pendapatku tentang dirinya. Ketika dia menyimpang dan berubah, aku tidak mengetahui hal yang ghaib. Kebaikanlah yang aku inginkan bagi setiap apa yang telah diupayakan. Orang-orang yang zhalim akan mengetahui apa nasib yang akan ditemuinya.”

            Abu Bakar menstempelnya. Surat wasiat ini lalu dibawa keluar oleh Utsman untuk dibacakan kepada khalayak ramai. Mereka pun membaiat Umar ibnul Khaththab. Peristiwa ini berlangsung pada bulan Jumadil Akhir tahun ke-13 Hijriah.

 

G.    Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

            Pada akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit. Pada musim dingin hari itu, Abu Bakar mendi, lalu ia terserang demam yang sangat berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Ia ditawari untuk dipanggilkan dokter, tapi ia menjawab, “Dia telah melihatku dan berkata, “Aku pembuat sekendakku”.

Dalam sakitnya ia berwasiat kepada Aisyah supaya dikafani dengan dua helai kain bersih yang biasa ia pakai bersembahyang. Ketika Aisyah menawarkan hendak mengkafaninya dengan kain biru, ia berkata, “orang yang hidup lebih memerlukan yang baru daripada yang sudah mati, kapan itu hanya buat cacing dan tanah”. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu, wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq pada 21 bulan Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah, bertepatan tanggal 22 Agustus tahun 634 M. Lamanya memerintah 2 tahun 3 bulan 10 hari, dikebumikan di kamar Aisyah di samping makan Sahabatnya yang mulia rasulullah Saw.


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Dari uraian sejarah singkat tentang Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ada beberapa ‘Ibrah yang dapat diambil. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar Rodhiyallahu ‘anhu tersebut menunjukkan sejumlah hal dan prinsip, di antaranya :

1.      Pengangkatan Khilafah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berlangsung melalui syura. Semua Ahlul Halli wal-’Aqdi dari kalangan sahabat termasuk di dalamnya Ali Radhiyallahu ‘anhu ikut serta dalam pengambilan keputusan ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun nash al-Qur’an atau Sunnah yang menegaskan hak khalifah kepada seseorang sepeninggal Rasulullah Saw. Seandainya ada nash yang menegaskannya, niscaya tidak akan ada syura untuk menentukannya dan para sahabat tidak akan berani melangkahi apa yang ditegaskan oleh nash tersebut.

2.      Perbedaan pendapat yang terjadi di Saqifah bani Sa’idah antar para tokoh sahabat, dalam rangka memusyawarahkan pemilihan khalifah, merupakan hal lumrah yang menjadi tuntutan pembahasan suatu permasalahan. Hal ini bahkan menjadi bukti nyata atas perlindungan Pembuat syariat (Allah) terhadap beraneka pendapat dan pandangan dari segala bentuk pelarangan dan pembatasan, selama menyangkut masalah yang tidak dinyatakan secara tegas dan gamblang oleh nash.

 

B.     Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ali Mufradi, 1997. Islam dan Kawasan Kebudayaa Arab, Jakarta, Logos, Wacana Ilmu.

 

Dedi Supriyadi, 2008. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

 

Dewan Ensiklopedi Islam. 1993. Ensiklopedi Islam. Jilid I, PT Ikhtiar Baru van Hoeve Jakarta.

 

Ishaq, Rusli dan Suryantara, Bahroin, 2008. Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra

 

Rusidi. 2012. Sejarah peradaban Islam tentang Khalifah Abu Bakar Ash Shiddik. http://rudisiswoyoalfatih.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-peradaban-islam-tentang05.html (diakses tanggal 13 Februari 2015).

 

 

 

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)
 

Ad Placement

Follow Us

Ads 970x90