BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang
menjadi salah satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu
orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga mendapat gelar
Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang membenarkan peristiwa Isra’ dan
Mi’raj Rasulullah. Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11
H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah
beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan
Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti, dua kelompok
yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai pengganti nabi Muhammad SAW adalah
kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang pertama yang menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka
adalah yang paling tepat menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka
mengemukakan alasan bahwa islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan
setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum
anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut
akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan
pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling berhak memegang
pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat
diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash
Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah.
Setelah pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi
khalifah, umat islam mendapat pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan
kehidupan. Di masa pemerintahan beliau terdapat beberapa peristiwa penting
seperti munculnya nabi palsu, penolakan untuk mengeluarkan zakat dan
sebagainya. Gejolak dan pembangkangan yang ada dapat ditangani beliau dengan
baik. Bahkan kekuasaan Islam tetap tumbuh pada masa pemerintahan beliau
walaupun banyak hambatan dan rintangan meliputi era kekhalifahan beliau.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah kisah perjalanan
hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq dan bagaimanakah kondisi pemerintahan dibawah
kendali Abu Bakar Ash-Shiddiq?”
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq
adalah nama yang disandangkan (julukan) terhadap beliau, sedangkan nama asli
beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin ustman bin Amr bin Masud bin Taim
bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Quraishi.
Berarti silsilah keturunannya dengan Nabi Muhammad Saw bertemu pada Murrah bin
Ka’ab. Abu Bakar dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh pada
tahun 573 M, dan suku yang juga banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya
bernama Ustman (Abu Kuhafah) bin Amir, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair
Salmah binti Sahr bin Ka’ab.
Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Kelahiran
Nabi Muhammad Saw. Abdullah kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya
“ Abu (Bapak ) dan Bakar ( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau
karena beliau orang senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama
dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk
Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai
ajaran yang dibawa Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal
keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan
segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat
diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimani
shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah peristiwa
tersebut. Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti
oleh suku Quraish, menemani Rasulullah Hijrah, membantu kaum yang lemah dan
memperdekakannya, seperti yang dilakukannya terhadap Bilal, setia dalam setiap
peperangan dan lain-lainnya.
Abu Bakar adalah
sahabat Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia hendak menemui Rasulullah saw,
ketika ketemu dengan Rasulullah saw , dia berkata ”Wahai Abul Qosim (panggilan
Nabi),ada apa denganmu ,sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan
orang -orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu
dan lain lain lagi..? Rosulullah saw bersabda “Sesungguhnya aku adalah utusan
Allah swt dan aku mengajak kamu kepada Allah swt, setelah selesai Rasulullah
saw berbicara, Abu Bakar pun langsung masuk Islam. Melihat keislamannya itu
beliau gembira sekali, tidak ada seorangpun yang ada di antara kedua gunung di
Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan beliau. Kemudian Abu Bakar
menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,dan Saad bin
Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari
berikutnya Abu bakar menemui Utsman bin Mazhum, Abu Ubaidah bin
Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam
r.hum,juga mengajak mereka untuk masuk Islam,dan mereka semua juga masuk Islam.
Sedangkan Istrinya Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak
menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang
lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman ibn
Abi Bakar menerima Islam. Sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah. Masuknya Abu
Bakar berpegaruh besar dalam Islam. Teman - teman dekatnya diajak untuk masuk
Islam. Mereka yang masuk Islam karena diajak oleh Abu Bakar adalah :
a.
Utsman bin Affan (yang akan menjadi Khalifah ketiga)
b.
Al-Zubayr
c.
Talhah
d.
Abdur Rahman bin Awf
e.
Sa`d ibn Abi Waqqas
f.
Umar ibn Masoan
g.
Abu Ubaidah ibn al-Jarrah
h.
Abdullah bin Abdul Asad
i.
Abu Salma
j.
Khalid bin Sa`id
k.
Abu Hudhaifah bin al-Mughirah
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk
Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk
Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun,
penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak.
Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga
dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong
Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian
memberinya kemerdekaan.
B.
Abu Bakar Menjadi Khalifah
Rasulullah, Sebagai
utusan Allah mengemban dua jabatan , yakni sebagai Rasulullah dan sebagai
kepala Negara. Jabatan Beliau yang pertama selesai bersamaan dengan wafatnya.
Namun jabatan kedua perlu ada penggantinya,
Belum lagi Rasulullah dikebumikan , disebuah tempat yang bernama “
Saqifah bani Sa’idah telah terjadi perselisihan pendapat antara golongan Anshor
dan golongan muhajirin ,tentang pengganti rasul dalam pemerintahan. Ketika
Rasulullah wafat, beliau tidak berpesan mengenai siapa yang jadi penggantinya
kelak, pada saat Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang
mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Rasulullah. Itulah
perselisishan pertama yang terjadi pasca rasulullah wafat. Perselisihan
tersebut berlanjut ke saqifah (suatu tempat dimadinah yang biasa digunakan oleh
kaum Anshar untuk membahas suatu masalah).
Aturan-aturan yang
jelas tentang pengganti Rasulullah tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah
mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafat rasulullah untuk menjadi Imam.
Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mendat tersebut. Adakah suatu
pertanda Rasulullah menunjuk Abu Bakar atau tidak. Berita perdebatan dua
golongan ini kemudian terdengar oleh sahabat-sahabat terkemuka seperti Abu
Bakar, Umar Ibn Khattab dan Utsman Ibn Affan yang sedang berada di rumah
Rasulullah, sedang sahabat Ali sedang sibuk mengurus jenazah Rasulullah.
Mendegar berita ini
akhirnya sahabat Abu bakar dan Umar ibn Khattab sangat terkejut, kemudian
keduanya cepat-cepat mendatangi dimana kedua golongan tersebut yang sedang
berdebat, untuk itu mereka mendatangi Saqifah Bani Sa’idah. Dalam pertemuan
tersebut, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubaidah, sebagai
pengganti Rasulullah. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab atas pandangan
tersebut. Ketika perdebatan diantara mereka, Abu bakar berpidato dihadapan
mereka dengan mengemukakan kelebihan-kelebihan Anshar dan Golongan Muhajirin,
Abu Bakar Mengusulkan agar hadirin memilih salah satu dari sahabat yaitu Umar
Ibn Khattab dan Abu Ubaidah, namun keduanya menolak, dan keduanya berkata,
“Demi Allah kami tidak akan menerima pekerjaan besar ini selama engkau masih
ada , hai Abu bakar...! Engkaulah Orang Muhajirin yang paling mulia, Engkaulah
satu-satunya orang yang menyertai Rasulullah di Gua ketika dikejar-kejar oleh
orang-orang Quraisy engkaulah satu-satu nya orang yang pernah Rasulullah untuk
menjadi Imam Shalat waktu Rasulullah Sakit…Untuk itu tengadahkanlah tanganmu
wahai Abu Bakar, kami hendak membaiatmu.
Pada awalnya Abu bakar
sendiri merasa keberatan, kemudian Umar ibn Khattab memegang tangan Abu bakar
sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat Abu Ubaidillah, setelah kedua
sahabat selesai maka diikuti oleh seluruh sahabat yang ada di Saqifah bani
Sa’idah itu baik kaum Muhajirin maupun Anshor. Kemudian Abu Bakar berpidato;
“Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku
bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan tugasku
dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka luruskanlah!
orang yang kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil
hak darinya, sedang orang yang kau pandang lemah aku pandang kuat, sehingga aku
dapat mengambalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat
kepada Allah dan RasulNya, tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan
rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah
merahmati kalian”.[6] Pidato yang
diucapkan setelah pengangkatannya menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen
Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi menilai keberhasilan
tertinggi bagi umat sepeninggal Nabi.
Dari paparan di atas,
terlihat jelas bahwa Abu Bakar dipilih secara aklimasi, walaupun tokoh-tokoh
lain tidak ikut membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalha, dan
Zubair yang menolak dengan hormat. Pembahasan-pembahasan tentang khalifah ini
akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran Islam. Dengan terpilihnya Abu
bakar serta pembai’atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama di dunia
Islam.
C.
Pemerintahan Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq
1.
Kebijaksanaan pengurusan terhadap Agama
a. Memerangi
Nabi palsu
b. Orang-orang
yang murtad (Riddah) dan
c. Orang tidak
mengeluarkan zakat
d. Pengumpulan
Al-Qur’an
e. Ilmu
Pengetahuan
2.
Kebijaksanaan Kenegaraan
a. Bidang
eksekutif
b. Pertahanan
dan Keamanan
c. Yudikatif
d. Sosial
Ekonomi
D.
Penyebaran dan Kekuasaan islam
pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Islam pada hakikatnya
adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan didakwahkan.
Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan perang.
Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar
beralih pada permasalahan luar negeri. Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam
terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam,
baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi.
Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang
Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka
berusaha melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara membunuh
sahabat Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang dilakukan oleh ummat
Islam setuju untuk berperang demi mempertahankan Islam.
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu
menaklukkan persia. Pada bulan Muharram tahun 12 H (6333 M), ekspedisi ke luar
Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan pasukannya dikirim ke persia menghadapi
perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar
segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk
membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak
menuju wilayah persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia,
segera duserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam
sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian
Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan
Kerajaan Romawi dengan membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok
dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah
ditentukan. Kempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut
:
a.
Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs,
Suriah Utara, dan Antiokia
b.
Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan
wilayah Palestina yang saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
c.
Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan
Tabuk dan Yordania.
d.
Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk
menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.
Perjuangan
tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru tuntas
pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.
E.
Peradaban Pada Masa Abu Bakar
Ash-Shiddiq
Bentuk peradaban yang
paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada
masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar
Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an
dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal yang
dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya
beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang
mengusulkan pertama kainya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an
dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada
praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai
berikut :
a. Dalam bidang
penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan
sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan
dari rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber
pendapatan baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan
negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai
negara, dan kepada rakyat yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan
Al-Qur’an.
b. Praktik
pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan
atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada
beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah.
Faktor utama adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat
menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang
perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.
F.
Wasiat Abu Bakar terhadap Umar
bin Khathab
Setelah mengetahui
kesepakatan semua orang atas penunjukan Umar sebagai pengganti, Abu Bakar
memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan surat tersebut, adapun wasiat
tersebut berbunyi :
“Bismillahirrahmanirrahim. Berikut ini adalah wasiat Abu Bakar, Khalifah
Rasulullah, pada akhir kehidupannya di dunia dan awal kehidupannya di akhirat,
di mana orang kafir akan beriman dan orang fajir akan yakin. Sesungguhnya. aku
telah mengangkat Umar ibnul Khaththab untuk memimpin kalian. Jika dia bersabar
dan berlaku adil. itulah yang kuketahui tentang dia dan pendapatku tentang
dirinya. Ketika dia menyimpang dan berubah, aku tidak mengetahui hal yang
ghaib. Kebaikanlah yang aku inginkan bagi setiap apa yang telah diupayakan.
Orang-orang yang zhalim akan mengetahui apa nasib yang akan ditemuinya.”
Abu Bakar
menstempelnya. Surat wasiat ini lalu dibawa keluar oleh Utsman untuk dibacakan
kepada khalayak ramai. Mereka pun membaiat Umar ibnul Khaththab. Peristiwa ini
berlangsung pada bulan Jumadil Akhir tahun ke-13 Hijriah.
G.
Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada akhir minggu
pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit. Pada musim dingin
hari itu, Abu Bakar mendi, lalu ia terserang demam yang sangat berat. Ia pun
sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Ia ditawari untuk dipanggilkan
dokter, tapi ia menjawab, “Dia telah melihatku dan berkata, “Aku pembuat
sekendakku”.
Dalam sakitnya ia berwasiat kepada Aisyah supaya
dikafani dengan dua helai kain bersih yang biasa ia pakai bersembahyang. Ketika
Aisyah menawarkan hendak mengkafaninya dengan kain biru, ia berkata, “orang
yang hidup lebih memerlukan yang baru daripada yang sudah mati, kapan itu hanya
buat cacing dan tanah”. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu,
wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq pada 21 bulan Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah,
bertepatan tanggal 22 Agustus tahun 634 M. Lamanya memerintah 2 tahun 3 bulan
10 hari, dikebumikan di kamar Aisyah di samping makan Sahabatnya yang mulia
rasulullah Saw.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian sejarah singkat tentang Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq ada beberapa ‘Ibrah yang dapat diambil. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar Rodhiyallahu ‘anhu tersebut
menunjukkan sejumlah hal dan prinsip, di antaranya :
1.
Pengangkatan Khilafah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu
berlangsung melalui syura. Semua Ahlul Halli wal-’Aqdi dari kalangan sahabat
termasuk di dalamnya Ali Radhiyallahu ‘anhu ikut serta dalam pengambilan
keputusan ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun nash al-Qur’an atau
Sunnah yang menegaskan hak khalifah kepada seseorang sepeninggal Rasulullah
Saw. Seandainya ada nash yang menegaskannya, niscaya tidak akan ada syura untuk
menentukannya dan para sahabat tidak akan berani melangkahi apa yang ditegaskan
oleh nash tersebut.
2.
Perbedaan pendapat yang terjadi di Saqifah bani
Sa’idah antar para tokoh sahabat, dalam rangka memusyawarahkan pemilihan
khalifah, merupakan hal lumrah yang menjadi tuntutan pembahasan suatu
permasalahan. Hal ini bahkan menjadi bukti nyata atas perlindungan Pembuat
syariat (Allah) terhadap beraneka pendapat dan pandangan dari segala bentuk
pelarangan dan pembatasan, selama menyangkut masalah yang tidak dinyatakan
secara tegas dan gamblang oleh nash.
B. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan
dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari
Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sadar bahwa makalah kami
ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi
kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan
makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mufradi,
1997. Islam dan Kawasan Kebudayaa Arab, Jakarta, Logos, Wacana Ilmu.
Dedi
Supriyadi, 2008. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Dewan
Ensiklopedi Islam. 1993. Ensiklopedi Islam. Jilid I, PT Ikhtiar Baru van
Hoeve Jakarta.
Ishaq, Rusli
dan Suryantara, Bahroin, 2008. Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan
Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra
Rusidi. 2012.
Sejarah peradaban Islam tentang Khalifah Abu Bakar Ash Shiddik. http://rudisiswoyoalfatih.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-peradaban-islam-tentang05.html
(diakses tanggal 13 Februari 2015).