Makalah : ADIL DAN KEBENARAN - LKP Berkat Ilmu

Senin, 24 Juli 2023

Makalah : ADIL DAN KEBENARAN

 A.    Pendahuluan

Adil terdiri dari dua suku kata, tapi berjuta kesulitan untuk melaksanakannya. Bahkan penulis katakan bahwa hampir tidak ada manusia yang bisa melaksanakan adil dengan sempurna. Entah kenapa adil sangat sulit dilakukan. Islam sangat menjunjung tinggi keadilan dalam setiap aspek kehidupan. Keadilan merupakan ciri atau kunci ajaran Islam. Setiap kaum muslimin memperoleh hak dan kewajiban yang sama. Hak disini dimaknai bahwa setiap muslim akan mendapatkan keadilan hukum yang sama. Dengan keadilan, orang akan merasa aman dan nyaman.

Keadilan ini tersurat dalam landasan hukum Islam baik alQuran maupun hadits. Keadilan kehidupan sosial, politik, keamanan dan lainnya. Banyak di dalam sendi kehidupan kita harus meletakkan keadilan seperti pernikahan, perceraian, rujuk, menetapkan putusan dan lain-lain.[1]

Tidak bisa dibayangkan jika didunia ini tanpa ada keadilan. Semua manusia akan saling curiga dimana tidak ada orang yang bisa dipercaya. Akhirnya sebuah kekacauan akan terjadi. Peran seorang pemimpin dalam memimpin kepemimpinannya akan diuji apakah pemimpin itu adil atau tidak.

 

B.     Pembahasan

1.      Definisi Adil

Secara etimologis, al-‘adl berarti tidak berat sebelah, tidak memihak atau menyamakan yang satu dengan yang lain. Istilah lain dari al-‘adl adalah al-qist, al-misl. Secara terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Ketidakadilan saat seseorang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Pengertian ini semakna jika seseorang menempatkan kebenaran diposisi yang salah, dan menempatkan kezaliman diposisi yang benar.[2]

Imam Syafi’i berpendapat bahwa adil berarti dapat dipercaya dalam bidang-bidang agama, benar dalam berbicara dan tidak pernah berbohong. Hal ini bukan berarti orang yang memiliki sifat adil bebas dari dosa karena tidak ada manusia yang sedemikian terjaga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adil itu seperti berikut ini :

1)      Adil jika seseorang telah menyamakan sesuatu dengan yang lain dan

2)      Adil jika telah memutuskan suatu perkara dengan landasan kebenaran.

Adil mempunyai banyak kandungan makna, ada yang berpendapat jika adil adalah menyamaratakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan, jika adil datang disaat kita bisa meletakkan segala sesuatu dengan semestinya.

Allah melalui firman dan sunnah Rosul memerintahkan agar kita berbuat adil kepada sesama manusia dalam setiap interaksi dengan manusia. Jangan karena kita membenci suatu kelompok sehingga kita tidak menjadi berbuat adil. Jika kita tidak bisa adil maka kita telah berbuat aniaya, Allah sangat melarang manusia berbuat aniaya dan diancam oleh dosa yang besar.

 

2.      Bersikap Adil Dalam Menegakkan Kebenaran

* ¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ

 

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. [QS, An Nahl : 90]

Jika kita cermati kondisi suatu masyarakat maupun suatu bangsa dimanapun berada selalu mendambakan tegaknya suatu keadilan dan kebenaran. Keadilan dan kebenaran seakan saudara kembar yang selalu seiring sejalan dan senantiasa didambakan kehadirannya ditengah-tengah umat manusia. Sampai-sampai pada negara kita tercinta ini dua kata tersebut menghiasi dalam relung aspek kehidupan, misalnya dalam Pancasila diuntai dalam kalimat "Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia".

Didalam Al-Qur'an secara kongkrit Allah SWT memerintahkan kepada seluruh kaum mukminin untuk menegakkan kebenaran dalam keadilan sebagai firman-Nya dalam surat Al Maidah ayat 8 :

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. šúüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà­ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( Ÿwur öNà6¨ZtB̍ôftƒ ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã žwr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)­G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 žcÎ) ©!$# 7ŽÎ6yz $yJÎ/ šcqè=yJ÷ès? ÇÑÈ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Ayat diatas sangat indah, tidak hanya gaya bahasanya saja tetapi adalah misi serta kandungan/ pesan moral yang sangat berkarakter, sehingga memiliki siapa yang membacanya akan tersentuh qalbunya, yang berakibat lanjut akal fikirannya hidup menerawang seraya mengajukan berbagai pertanyaan, mengapa kebenaran harus ditegakkan?, mengapa harus menjadi saksi yang adil? mengapa kebencian harus disingkirkan dalam menegakkan keadilan?, mengapa keadilan lebih denkat dengan taqwa?. Dan dalam menegakkan keadilan dan kebenaran Allah akan menjadi saksi dan pengawas.

Marilah kita urai satu persatu sehingga ayat diatas dapat menjadi milik kita, menyatu dalam darah dan nafsu kita, serta bisa menyatu dalam seluruh aspek kehidupan kita.

 

 

 

1)      Senantiasa menegakkan kebenaran.

Kebenaran adalah suatu nilai yang mamfaatnya tidak pernah lekang kena panas dan tidak rapuh kena hujan serta tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Nilai-nilai kebenaran sangat bayak ragamnya seperti; kejujuran, keikhlasan, keberanian, suka menolong, pemaaf, dermawan dan lain sebagainya. Dengan ditegakkannya suatu kebenaran, maka semakin banyak orang yang mendapat kenikmatan, kesejahteraan dan kebahagiaan.

2)      Menjadi saksi yang adil.

Dalam segala zaman kita semua dihadapkan oleh dua pilihan antara "kebenaran dan kesesatan".[3] Lebi-lebih saat kita dihadapkan pada suatu masalah yang berkaitan dengan hukum atau kesaksian. Maka sering kita tidak bisa berlaku adil karena banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor kesukaan, kekerabatan, kepentingan ekonomi dan politik, agama dan kebencian atau sentimen pada kelompok tertentu. Islam sebagai agama rahmatan lil'aalamin (penebar kasih sayang). Allah SWT tidak menghendaki proses suatu keadilan ternoda oleh hal-hal yang sifatnya individual, egois dan sektoral, sebab hal ini hanya akan menyebabkan seseorang atau kelompok tertentu akan teraniaya atau terdzolimi. Karena esensi keadilan adalah "wadl'u syaik fiimahaalihi"  (meletakkan sesuatu pada tempatnya).

Setiap bentuk penganiayaan selalu mendatangkan dosa dan setiap dosa akan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah SWT, setiap yang jauh dari rahmat Allah SWT akan cendrung suliy untuk mewujudkan nilai-nilai kebenaran dalam hidunya. Meletakkan sesuatu pada tempatnya bukanlah masalah kecil, karena hal ini akan menyangkut kejujuran, ketulusan, ketaatan serta sifa qona'ah (merasa cukup dengan karunia Allah SWT, lawan dari tamak atau rakus).

Sehingga orang yang adil berani berkata dan bertindak jujur, taat azas serta tidak rakus dalam kehidupannya. Gaya hidup demikian akan diwujudkan dengan perilaku selalu menyampaikan amanah dan dia tidak akan berani mengambil yang bukan haknya, dia akan melaksanakan semua tanggung jawab yang dibebankan kepundaknya, bukan menghindari tuga atau melimpahkan kepada orang lain, dia akan selalu mengedepankan kewajiban dari pada hak. Inilah yang disebut dengan keadilan, dengan ditegakkannya keadilan maka semakin berkurang orang yang teraniaya baik secara individu maupun kolektif.

3)      Allah SWT menekankan kembali untuk berlaku adil.

Karena keadilan adalah lebih dekat dengan ketaqwaan dan dengan ketaqwaan inilah Allah memberikan jaminan kepada seluruh hamba-Nya segala persolan hidupnya akan dicarikan jalan keluar dengan cara yang sebaik-baiknya serta dicukupi kebutuhannya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At Thalaq ayat 3 :

Artinya : Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Semoga kita semua senantiasa dan mampu menegakkan keadilan dengan penuh kebenaran sehingga rahmat Allah AWJ dicurahkan kepada kita semua serta kita selalu dalam ridha dan lindungan-Nya, Amin ya Rabbal'aalamin.

 

C.    Hadist Qudsi Yang Mengharamkan Kedzaliman

Orang yang tidak adil bisa dikatakan telah berbuat zalim baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan hal ini termasuk dosa besar. Orang yang tidak adil akan diancam dengan siksa yang berat di akhirat.

عن أبى ذر الغفري رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه أنه قال ياعبادي إني حرمت الظلم على نفسى وجعلته بينكم محرما فلا تظا لموا (رواه المسلم)

Dari Abi Dzar al-Ghifari-semoga Allah meridoinya- dari Nabi saw., menyampaikan apa yang diterimanya dari Rabbnya, bersabda, “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.”(H.R.Muslim).

Hadis Qudsi di atas merupakan penggalan dari hadis panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sa’id Bin ‘Abdil ‘Aziz dari Rabi’ah Bin Zaid, dari Abi Idris dari Abu Dzar al-Ghifari. Selain Imam Muslim, Imam Ahmad juga meriwayatkan hadis tersebut.

Dalam hadits itu Allah SWT menegaskan bahwa dia mengharamkan diriNya berbuat zalim, mustahil dirinya berbuat zalim kepada makhlukNya. Padahal Allah Maha Kuasa melakukan  apapun yang dikehendaki.

Secara garis besar, kezaliman dapat dibagi pada dua kategori, yakni:

Pertama, zhulmun-nafs (kezaliman terhadap diri sendiri). Puncak kezaliman terhadap diri sendiri adalah al-isyraku billah (menyekutukan Allah). Karena orang yang menyekutukan Allah telah menempatkan makhluk pada posisi Al-Khaliq seraya memuja, menyembah, dan mengabdi kepadanya. Dan itulah perilaku menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya yang paling buruk dan paling dahsyat. Dan kebanyakan julukan zhalimin (orang-orang yang zalim) dalam Al Quran ditujukan kepada orang-orang musyrik.

Kedua, zhulmul-‘abdi lighairihi (kezaliman seorang hamba terhadap orang lain). Kezaliman banyak macamnya, jika dikaitkan dengan adil maka kezaliman disini adalah jika seseorang tidak berbuat adil baik itu terhadap dirinya, orang tua, kerabat ataupun kaum tertentu

 

D.    Kesimpulan

1)      Nilai-nilai kebenaran sangat bayak ragamnya seperti; kejujuran, keikhlasan, keberanian, suka menolong, pemaaf, dermawan dan lain sebagainya. Dengan ditegakkannya suatu kebenaran, maka semakin banyak orang yang mendapat kenikmatan, kesejahteraan dan kebahagiaan.

2)      Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.

3)      Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain., tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi.



[2] http://rumahpencerahan.blogspot.com/2012/02/adil-al-adl.html. diakses tanggal 04 April 2012

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)
 

Ad Placement

Follow Us

Ads 970x90